Pages

Jumat, 08 November 2013

My Journey : Kerajaan Versailles, Lambang Kebahagiaan dan Keserakahan


Seperti biasa, setelah menyelesaikan agenda 6-7-8 (pukul 6 mandi, pukul 7 sarapan, pukul 8 berangkat) kita. Kami segera check out untuk menuju ke Marseile. Namun sebelumnya, kami mampir sebentar di istana indah milik Louis XIV, Istana Versailles.
Setelah setengah jam menempuh perjalanan, akhirnya mata kami mendapatkan pemandangan yang sangat menakjubkan. Emas yang ada di puncak bangunan bagaikan mahkota yang menyilaukan mata setiap orang yang menatap rajanya, yaitu bangunan istana ini. Begitu indahnya istana ini, hingga terlihat jelas antrian orang yang ingin memasuki tempat ini yang panjangnya lebih dari 200 meter, menakjubkan.
Selagi menunggu pemandu kita yang memesankan tiket masuk, kami mengunjungi taman belakang istana ini yang sangat menakjubkan. Keindahannya sama seperti di cerita dongeng yang menceritakan istana yang begitu megah. Sayangnya, kami tidak diperbolehkan untuk lebih lama lagi menikmati keindahan taman bunga yang sangat luas ini karena waktu yang terbatas.
Setelah mendapatkan tiket dan berdebat beberapa menit dengan petugas di Istana itu karena kami tidak membawa tourist guide yang berlisensi akhirnya kami diperbolehkan masuk dengan konsekuensi yang berulangkali dikatakan oleh petugas itu kepada kami dalam bahasa Inggris dengan logat Perancis yang aneh, “Just believe me, you’ll get trouble inside! Your group will get trouble!”, Ah, Whatever!
Setelah masuk, bibirku berulang kali berkata “Wow!”, itu memang sangat menakjubkan dan membuat hati miris. Bagaimana bisa bangunan yang berumur lebih dari enam abad ini dibangun dengan uang korupsi? Bagaimana bisa seorang pemimpin mengorbankan ribuan nyawa rakyatnya sebagai tumbal untuk kemewahan pribadinya? Mengerikan! Ternyata di Perancis sudah ada korupsi sejak abad 14. Jauh lebih tua dari VOC yang juga bangkrut karena korupsi.
Setelah puas menatap barang barang serta lukisan lukisan menakjubkan di setiap sudut Istana Versailles, kami memulai perjalanan 7 jam menuju ke Marseille. Perjalanan yang sangat lama, terutama bagiku yang saat itu dalam keadaan demam. Dan saat sakit itulah aku merasakan kebersamaan yang sesungguhnya dari team kami ini, mereka semua peduli dan memperlakukanku dengan baik. Meskipun itu lebih terlihat seperti mereka memperlakukanku seperti adik terkecil, tapi itu semua sangat membuatku merasa terharu. Dan ketika sakit itu aku benar benar ingin segera pulang dan dirawat oleh ibu, biasalah sindrom’anak mami’ kambuh kalo keadaannya begini.

Pukul 11 kami sampai di Marseille. Dan karena terlalu malam, kami tidak mendapat penginapan, sungguh malang hidup kami, berulang kali kami harus membuka internet, menjelajah dari satu situs web hotel ke situs lain untuk booking kamar. Dan hasilnya nihil, akhirnya kami menenemukan sebuah penginapan. “Bois Luzy”, itulah yang tertulis di depan penginapan kami. Penginapan ini menjadi saksi kedatangan kita di kota Marseil ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar