17 Agustus 2013,
matahari belum muncul di sisi timur langit kota Marseille, namun kami semua, sudah
bersiap siap untuk mengikuti upacara kemerdekaan pertama kami di KJRI
Marseille. Pukul 8 kami memulai perjalanan menuju Konsulat Jendral Republik
Indonesia di Marseille, membayangkan dapat melaksanakan upacara peringatan hari
kemerdekaan RI di luar negeri membuat jantung saya serasa melompat lompat. Saya
dapat menebak rasanya pasti jauh lebih indah di sini. Karena kerinduan terhadap
tanah air akan benar benar ditebus di sini.
Sesampainya di
daerah dekat KJRI, kami harus berjalan beberapa saat, karena bis kami tidak
diperbolehkan menurunkan penumpang di sembarang tempat terlalu lama. Semua itu
berarti kita harus berjalan sekitar 200 meter lagi untuk sampai di KJRI. Di
KJRI kami bertemu dengan banyak sekali warga negara Indonesia. Yang paling
berkesan bagi saya adalah warga negara Indonesia yang masih anak anak. Mereka
dengan lancar bisa berbahasa Indonesia, itu menunjukan rasa nasionalisme orang
tua mereka yang tidak menginginkan anak anak mereka kehilangan identitas
sebagai “Orang Indonesia”. Yang paling membuat saya kagum adalah seorang anak
yang bernama Nayla, dia bercerita bahwa ia lahir di Thailand, ia juga bercerita
bahwa ibunya adalah orang Thailand, tapi berulang kali dengan bangga ia
menegaskan “Tapi aku orang Indonesia lo!” Benar benar contoh rasa nasionalisme
yang menakjubkan.
Dan saat saat
yang saya tunggu datang, upacara bendera kemerdekaan Indonesia pertama saya di
luar negeri. Sangat mengharukan, rasanya kerinduan saya terhadap negara
Indonesia benar benar memuncak di sini. Nyaris saja saya meneteskan air mata. Aku
baru 5 hari berada di negeri seberang dan aku sudah benar benar ingin kembali
ke Indonesia sekarang juga.
Setelah upacara, kami makan beberapa masakan
Indonesia di sana. Mungkin tidak seenak masakan ibuku, tapi itu lumayan
mengobati kerinduan kami terhadap makanan Indonesia. Aku juga sempat berbincang
bincang dengan mahasiswa dari Indonesia yang kuliah disana, rasanya sangat
senang, seperti bertemu dengan keluarga yang selama ini terpisah.
Perjalanan
selanjutnya menuju Pantai David lumayan dekat. Sesampainya di Pantai David kami
langsung merasakan sensasi “Summer”
yang benar benar disukai oleh orang Eropa yang kurang disukai oleh aku sendiri
yang hidup di daratan tropis.
Pertama, kami
singgah di sebuah Cafe yang berada
tepat di tepi pantai. Dan karena itu, pemandangan yang sengaja ataupun tidak
sengaja tertangkap mata kami hanyalah wanita wanita berbikini dan lelaki yang
hanya memakai celana pendek. Persis seperti pantai pantai di Bali.dan yang aku
heran adalah, sebagian besar *bahkan hampir semua* wanita di sini tidak
memiliki tubuh yang perfect macam
model model yang ada di TV, tapi dengan santainya mereka berjemur, berjalan
jalan. Aku benar benar menyukai prinsip mereka yang selalu percaya diri dengan
apa yang mereka miliki, dan lebih suka tampil natural.
Makan siang hari
ini benar benar tidak sesuai dengan lidah kami. Menunya adalah makanan Perancis
yang penuh dengan susu dan keju, dan sebagian besar dari kami, termasuk saya
sendiri tidak memakannya sama sekali. Jadi, perut kami hanya dimasuki beberapa
cemilan bawaan kami dan sebuah apel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar