Seperti biasa,
setelah menyelesaikan agenda 6-7-8 (pukul 6 mandi, pukul 7 sarapan, pukul 8
berangkat) kita. Kami segera check out untuk
menuju ke Marseile. Namun sebelumnya, kami mampir sebentar di istana indah
milik Louis XIV, Istana Versailles.
Setelah setengah
jam menempuh perjalanan, akhirnya mata kami mendapatkan pemandangan yang sangat
menakjubkan. Emas yang ada di puncak bangunan bagaikan mahkota yang menyilaukan
mata setiap orang yang menatap rajanya, yaitu bangunan istana ini. Begitu
indahnya istana ini, hingga terlihat jelas antrian orang yang ingin memasuki
tempat ini yang panjangnya lebih dari 200 meter, menakjubkan.
Selagi menunggu
pemandu kita yang memesankan tiket masuk, kami mengunjungi taman belakang
istana ini yang sangat menakjubkan. Keindahannya sama seperti di cerita dongeng
yang menceritakan istana yang begitu megah. Sayangnya, kami tidak diperbolehkan
untuk lebih lama lagi menikmati keindahan taman bunga yang sangat luas ini
karena waktu yang terbatas.
Setelah
mendapatkan tiket dan berdebat beberapa menit dengan petugas di Istana itu
karena kami tidak membawa tourist guide
yang berlisensi akhirnya kami diperbolehkan masuk dengan konsekuensi yang
berulangkali dikatakan oleh petugas itu kepada kami dalam bahasa Inggris dengan
logat Perancis yang aneh, “Just believe
me, you’ll get trouble inside! Your group will get trouble!”, Ah, Whatever!
Setelah masuk,
bibirku berulang kali berkata “Wow!”, itu memang sangat menakjubkan dan membuat
hati miris. Bagaimana bisa bangunan yang berumur lebih dari enam abad ini
dibangun dengan uang korupsi? Bagaimana bisa seorang pemimpin mengorbankan
ribuan nyawa rakyatnya sebagai tumbal untuk kemewahan pribadinya? Mengerikan! Ternyata
di Perancis sudah ada korupsi sejak abad 14. Jauh lebih tua dari VOC yang juga
bangkrut karena korupsi.
Setelah puas
menatap barang barang serta lukisan lukisan menakjubkan di setiap sudut Istana
Versailles, kami memulai perjalanan 7 jam menuju ke Marseille. Perjalanan yang
sangat lama, terutama bagiku yang saat itu dalam keadaan demam. Dan saat sakit
itulah aku merasakan kebersamaan yang sesungguhnya dari team kami ini, mereka
semua peduli dan memperlakukanku dengan baik. Meskipun itu lebih terlihat seperti
mereka memperlakukanku seperti adik terkecil, tapi itu semua sangat membuatku
merasa terharu. Dan ketika sakit itu aku benar benar ingin segera pulang dan
dirawat oleh ibu, biasalah sindrom’anak mami’ kambuh kalo keadaannya begini.
Pukul 11 kami
sampai di Marseille. Dan karena terlalu malam, kami tidak mendapat penginapan,
sungguh malang hidup kami, berulang kali kami harus membuka internet,
menjelajah dari satu situs web hotel ke situs lain untuk booking kamar. Dan
hasilnya nihil, akhirnya kami menenemukan sebuah penginapan. “Bois Luzy”,
itulah yang tertulis di depan penginapan kami. Penginapan ini menjadi saksi
kedatangan kita di kota Marseil ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar